BLANTERVIO104

Menerka Penyebab Kalahnya Bang Wako Bukittinggi

Menerka Penyebab Kalahnya Bang Wako Bukittinggi
Rabu, 04 Desember 2024



Bukittinggi (BPC)  -

Kejutan kembali terjadi di Pilkada Bukittinggi sekaligus menjaga tradisi "Tidak Ada Dua Periode" di kota wisata itu. Petahana lagi-lagi tumbang secara mengejutkan, kali ini bahkan dengan selisih suara yang terhitung besar di Pilwako 2024.

Petahana Erman Safar alias Bang Wako yang begitu populer di jagat media sosial daerah setempat, harus menelan pil pahit kekalahan berkontestasi politik setelah sebelumnya tampil mengejutkan mengalahkan petahana di Pilwako 2020.

Kebetulan Bang Wako yang di 2020 mengalahkan Petahana Ramlan Nurmatias, di 2024 ini balik berstatus Petahana yang berhasil dikalahkan balik oleh Ramlan Nurmatias.

Jika di 2020 Bang Wako mampu menang sebagai pendatang baru dengan margin  44 berbanding 41 persen, di 2024 ini malah kalah besar 39 berbanding 51 persen.

Sebagai penikmat kondisi politik Bukittinggi dan saya yakin hampir seluruh warga, tidak pernah menyangka Bang Wako bisa kalah nyaris KO sebegini.

Dalam hitungan dan perkiraan saya, andaipun kalah, Bang Wako tidak akan telak. Paling kalah tipis seumpama Real Madrid Vs Barcelona berlaga di masa jaya. 

Namun ternyata, Ramlan menjelma menjadi Messi yang menyudahi perlawanan Ronaldo layaknya El Clasico 2009 dengan skor besar 6-2 dan 2010, 5-0.

Telak, benar-benar telak. Padahal jika dirunut ke belakang, Bang Wako maju dengan support penuh dari timnya dan tokoh berkelas nasional dan tentunya melalui status sebagai Walikota Bukittinggi, pimpinan pemerintah saat ini.

Dalam Kampanye nya, Bang Wako seringkali memakai " embel " keagamaan dan ulama, siapa tidak kenal dengan Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Andre Rosiade sang Ketua Gerindra Sumbar, Kedua tokoh besar ini secara langsung mendukung bahkan mengajak warga memilih Bang Wako. Bahkan Andre mengungkap Presiden Prabowo pun memberikan dukungannnya ke Bang Wako.

Tapi apalah daya, Bang Wako harus bersiap menanggalkan jabatannya dari Walikota. Harus merelakan BA 1 L kembali ditumpangi Ramlan Nurmatias.

Publik termasuk saya yang sama sekali tidak berkepentingan dengan keempat kubu paslon peserta Pilkada Bukittinggi, hanya bisa menerka penyebab kekalahan Bang Wako dari analisa sederhana, bisa saja salah bisa juga "Telak" kebenarannya.


* Terlalu Bergaya di Medsos *

Media sosial memang menjadi alat sederhana terupdate jaman kini sebagai ajang mempopulerkan diri. Bang Wako sungguh sangat aktif di beragam medsos mulai dari Instagram, Tik Tok, Twitter hingga Facebook.

Hampir seluruh aktivitasnya dibagikan ke seluruh dunia melalui medsos, Instagram bercentang biru milik Bang Wako seakan tidak pernah berhenti memberikan notifikasi ke semua pengikutnya.

Saya yang juga berprofesi sebagai wartawan di Bukittinggi mengeluhkan kegiatan Bang Wako hanya banyak mengajak anak buahnya yang bertugas sebagai konten kreator medsos, seakan wartawan tidak diperlukan hadir.

Terhitung selama Bang Wako menjabat, ada tiga kali jadwal jumpa pers. Pertama saat baru dilantik, kedua saat kasus Inses (Bang Wako batal hadir) dan terakhir di ujung cuti memulai kampanye.

Kembali ke aktivitas medsos, menurut saya, sesuatu yang dilakukan berulang kali atau keseringan, hanya akan membuat orang lain menilai itu menjadi biasa saja.

Bahkan jika makan saja dibuat berlebihan, akan membuat orang sakit perut kemudian mual hingga berusaha mengeluarkan isi perut sejadi-jadinya.

Begitu juga kiranya suguhan tayangan medsos Bang Wako, sindiran dan cemooh harus menjadi resiko dengan postingannya.

Masih banyak warga Bukittinggi yang menganut faham, Seorang Pemimpin Tidaklah Patut Menampilkan Dirinya Berjoget Bergoyang Bercanda, Haruslah Tetap Ada Wibawa dan Ketokohan Dalam Berpenampilan.



* Suara PKS *

Di Pilkada 2020, Erman Safar didukung penuh oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan perwujudan Buya Marfendi yang digandeng sebagai wakilnya. Namun entah apa yang terjadi, di 2024 ini baik Marfendi dan PKS berbalik arah.

PKS mengirimkan Ibnu Asis sebagai calon pemimpin bergandengan dengan Ramlan Nurmatias. Sementara Marfendi membuat poros sendiri bersama Partai Ummat dan PPP.

Tentu banyak isu dan info yang saya dengar tentang alasan mereka semua berpisah, itu di luar konteks opini saya. Yang pasti, PKS tidak lagi di sisi Bang Wako.

Padahal PKS lah pemenang sesungguhnya suara pilihan warga di Bukittinggi bahkan Sumatera Barat. PKS juga yang membuat suara Presiden Prabowo tergerus di ranah minang di Pilpres lalu.

Semua mengamini, kader PKS adalah militan. Mereka pejuang sebenar-benarnya, ditambah dengan faktor ke-Islaman yang mendarah daging di Sumatera Barat termasuk Bukittinggi.

Rasanya, PKS pantas dinobatkan menjadi salah satu penyebab utama kalahnya Bang Wako Erman.




* Kontroversi, Keluarga dan Tokoh Adat *

Saya masih ingat viralnya salah satu keluarga Bang Wako di Padang Luar Agam saat baru menjabat. Publik pun mengingat keluarganya yang lain berkata kotor di medsos.

Belum lagi mendekati hari pemilihan, salah satu keluarganya juga disangkutkan dengan dugaan kasus pemerasan. Ditambah gelagat kurang baik yang terekam di CCTV dan menyebar di kalangan medsos yang diduga dilakukan orang yang sama.

Kesahihan dan kebenaran kasus tentu ada di pihak berwajib, tapi semua hal yang berhubungan dengan Bang Wako mau tidak mau ikut memengaruhi pilihan warga.

Kontroversi terbesar yang saya ingat adalah kasus Inses dan Kanopi Awning. Banyak penolakan pengungkapan kasus Inses Ibu Anak dan rencana pembangunan Awning itu terutama oleh tokoh adat.

Menyangkut tokoh adat daerah setempat di Bukittinggi, Niniak Mamak dan Penghulu Kurai. Ada juga aksi walkout saat Hari Jadi Bukittinggi karena ketersinggungan Inyiak Kurai tidak diberikan porsi secara simbolis memberikan kata sambutan.

Bang Wako di setiap kampanyenya memang terlihat dikelilingi beberapa Inyiak Mamak, tapi terkonfirmasi Inyiak Kurai hanya ada beberapa dan bisa dihitung jari. Berbanding terbalik dengan kubu Ramlan yang memang sejak awal diusung banyak Inyiak Kurai dari Pucuak Bulek hingga Pangka Tuo.


* Aksi Pendukung *

Benar kata Komisioner Bawaslu Sumbar, Muhammad Khadafi yang menyebut perilaku pendukung mampu mempengaruhi pilihan masyarakat di Pilkada.

Bang Wako memang mengarahkan pendukungnya untuk berkampanye riang gembira dan tidak menyebarkan nada kebencian yang merusak.

Di satu sisi, arahan Bang Wako diwujudkan pendukungnya dengan aksi bahagia di seluruh lokasi kampanye. Bahkan ada dua Theme Song atau Soundtrack atau lagu khusus diciptakan.

Lagu pembangkit semangat pendukung itu dicolokkan ke pemutar musik untuk selanjutnya dikeraskan dengan speaker dan diosong kemana saja berkampanye, bahkan ikut serta mendampingi Bang Wako di Debat KPU.

Nah, aksi berjoget diiringi lantunan musik keras yang mayoritas dilakukan kaum Ibu itu yang banyak menuai kritik.
Pengkritik menilai kurang pantas serta terkesan berlebihan. Ada juga yang merasa pekak telinganya.

Di sisi lain, saat Bang Wako mengarahkan kampanye riang gembira, tiba-tiba di malam sebelum hari pencoblosan. Muncul video heboh terkait penggerebekan timses Ramlan yang diduga melakukan aksi politik uang.

Penggerebekan dilakukan Bawaslu didampingi warga dan ormas. Viral di video yang cepat menyebar menyebutkan ormas yang begitu aktif merangsek dan menggeledah kubu lawan.

Sampai hari ini politik uang itu tidak terbukti, Timses Ramlan hanya melakukan pembekalan saksi, begitu keterangan Bawaslu.

Seakan menjadi blunder, berderetan muncul video aksi yang dilabeli sebagai bentuk aksi premanisme. Label premanisme ini yang kemudian digaungkan pendukung Ramlan untuk bisa segera dientaskan saat menjabat nanti.

----------------------------------------------------------------

Itulah mungkin penyebab dan alasan sederhana versi opini saya kenapa Bang Wako bisa kalah di Pilkada Bukittinggi.
Karena jika dikaitkan secara serius melalui pemikiran akademis, tentu ada hal lain yang bisa diberikan sebagai alasan. Entah itu soal visi misi tak sempurna, janji politik tak terpenuhi, absen saat debat non KPU atau lainnya.

Intisari yang dilihat di Dinamika Politik Kota Bukittinggi, masyarakat yang menurut saya cerdas dan berakal sehat ternyata tidak bergeming dengan cara Politik Pemberian Bansos, Iuran Komite, Pinjaman Uang Non Jaminan, Pekerja Kontrak serta cawe-cawe ASN .

Masyarakat menilai bagaimana Pemimpin itu menjunjung tinggi Peradaban, beradat, berakhlak dan berkeadilan. Semoga ini menjadi renungan bagi Bang Wako apabila ingin maju sebagai Walikota Bukittinggi periode berikutnya.

Bagaimanapun, Bang Wako pernah meraih suara rakyat Bukittinggi, pernah berjasa dan tidak tertutup kemungkinan muncul kembali ikut Pilkada lalu kemudian menang secara telak pula.

Saat ini, selamat kepada Inyiak Ramlan Nurmatias - Ustadz Ibnu Asis.

Kita tunggu Bukittinggi Ceria Hebat Nan Gemilang Untuk Semua Warga.





Penulis :
Rudi Arnel

Direktur AB Media Cyber
Pemerhati Kota Bukittinggi
Wakil Ketua DPC K-SPSI
Ketua IPPB
Wartawan Senior Bukittinggi Agam
Share This Article :
Admin

TAMBAHKAN KOMENTAR

7139572004927558389